SELATPANJANG - Aduh emak! Bukan main lagi Kapolsek Tebingtinggi Barat, Ipda Asril menjagak Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Meranti, Ahmad Yuliar menyelesaikan masalah secara adat alias mengajak main yang selalu dijadikan istilah untuk bertumbuk atau berkelahi.
Sikap arogan oknum Kapolsek yang seharusnya mengayomi siapa saja ini, buntut dari aksi boikot pemberitaan pengurus (PWI) Meranti dan sejumlah wartawan di Kepulauan Meranti dalam sepekan belakangan ini. Ahmad yang biasa disapa Amek, mengaku beberapa kali ditelepon oleh nomor tidak dikenal pada hari Sabtu (16/1) lalu, namun tidak dijawab karena sedang beristirahat. Baru kemudian siangnya dia menghubungi kembali, dan ternyata yang menjawab adalah Ipda Asril, Kapolsek Tebingttinggi Barat.
“Lantas dia bertanya terkait berita pemboikotan terhadap dirinya. Sekaligus yang mengatakan dirinya arogan,” cerita lelaki yang akrab disapa Amek itu.Dalam pembicaraan lewattelepon genggam itu, Ahmad menjelaskan penyebab aksi tersebut atas sikapnya terhadap profesi wartawan Metro Riau, Ali Imroen. Keputusan itupun diambil atas hasil rapat bersama pengurus, anggota dan sejumlah wartawan lain mengatasnamakan institusi dan bukan atas nama pribadi. “Saya juga aneh kenapa nada bicaranya keras kepada saya. Bahkan sempat ngajak saya bertemu 4 mata dan menyelesaikan masalah secara adat,” sebut wartawan Riau Pos itu.
Amek juga sempat merekam seluruh pembicaraan yang kurang lebih 42 menit 51 detik itu. Terdengar Ipda Asril beberapa kali membantah tuduhan yang menyudutkan wartawan Metro Riau, Ali Imroen. Meskipun dia mengaku mengatakan rasa ingin muntah baca berita, tapi bukan pada berita Ali. Kemudian dia juga tidak terima Polsek yang dipimpinnya adalah Polsek Persiapan, padahal statemen tersebut disampaikan oleh Kapolres dan Wakapolres sebelumnya dalam berbagai kesempatan.
“Maunya apa Amek sekarang ni. Saya tawari sekarang ni, gimana maunya, saya turuti ? Berdua aja kita ketemunya, apa maunya kamu sekarang ni? Mau main apa kita sekarang ni, saya pun kalau gini ngak senang saya ni. Saya di Selatpanjang sekarang ni,” ucap Asril bernada keras kepada Ahmad.Setelah sekian lama berdebat, pembicaraan antara Ketua PWI Meranti bersama Kapolsek Tebingtinggi Barat tersebut tiba-tiba terputus. Terkait hal ini, Sekretaris PWI Kepulauan Meranti, Syafrizal, mengatakan rekaman yang sudah diperdengarkan ke sejumlah wartawan itu akan diserahkan ke Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Zahwani Pandra Arsyad. “Kita (insan pers) minta Pak Pandra mengambil sikap secepatnya. Ini demi hubungan baik kita yang sudah terjalin selama ini,” ucap wartawan Goriau.com itu.
Wakil Ketua PWI Kepulauan Meranti, Taufik Hidayat, mengutuk keras sikap yang kembali ditunjukkan oleh Kapolsek Tebingtinggi Barat itu. Menurutnya, tidak sepantasnya seorang pimpinan menyelesaikan masalah dengan cara seperti itu. “Apa lagi jika maksud ngajak main itu adalah berduel atau berkelahi. Lebih baik tidak usah dilayan, bukan karena takut tapi karena kita (wartawan) adalah kaum intelektual. Sudah tak zamannya lagi main otot,” ucapnya.
Jika yang dimaksud Kapolsek Asril; main adalah berkelahi, ucap Taufik Hidayat yang akrab disapa Atan Lasak, jelas sikap itu bukanlah sikap seorang pemimpin. ”Saya mengingatkan kepada Kapolsek Asril bahwa Meranti ini pulau jantan, jangan sebagai pemimpin bersikap arogan. Seharusnya Kapolsek Asril bercermin, tanya pada diri sendiri kenapa sampai ada sikap dari PWI Meranti untuk memboikot pemberitaan dari dirinya,” ungkap Atan Lasak.
Pemimpin Redaksi (Pimred), Meranti Ekspres (Riaupos Grup) itu juga, mengatakan pihaknya akan coba mengadvokasi permasalahan tersebut ke Pengurus PWI Provinsi Riau. “Hal ini tidak bisa didiamkan. Kami akan minta petunjuk pengurus provinsi. Kalau perlu minta mereka teruskan ke Polda Riau,” kata lelaki yang akrab disapa Atan Lasak itu.(fik/rilis)